“ 96, 97, 98, 99, 100 , hahahah “ Ucap Nenna dan Angga dengan tawa.
Langkah ke 100 menghentikan mereka di sebuah toko mainan anak-anak yang
terlihat tua dan sepi. Banyak sekali promo dan potongan harga di toko yang
sepertinya tidak diurus. Papan nama yang terlihat kotor dan namanya hampir
pudar tak terlihat. Nenna dan Angga adalah pasangan yang sangat senang
berjalan, berdua, dan mereka selalu bilang ini yang membuat hubungan mereka
sangat romantis. Mereka selalu menghitung langkah setiap mereka berjalan berdua
dan di langkah ke 100 mereka selalu berhenti untuk mengunjungi tempat langkah
ke 100 mereka.
“ yaaah yang, langkah ke 100 nya bukan berhenti di tempat makan. Padahal
kan kamu belum makan yaa” Keluh Angga kepada kekasihnya yang sedari tadi pagi
belum mengenalkan nasi ke perutnya.
“gapapa, aku mau masuk toko ini “ jawab Nenna dengan senyum lebar yang
membuat Angga berbalik senyum kepadanya. Dengan semangat Nenna menarik tangan
kekasihnya yang sudah tiga tahun menjalin hubungan dengannya.Toko mainan ini
sepi, hanya ada dua anak laki-laki yag berlari mengejar kakaknya yang membawa
robot spider-man ditangannya, seorang ibu-ibu dengan umur sekitar setengah abad
yang menunggu dengan senyum di kasir dan seorang ibu yang sepertinya adalah
orangtua dari dua anak laki-laki tadi.
“kita mau ngapain yang disini ? “ bisik angga tepat di telinga Nenna,
namun Nenna tidak menghiraukan dan terus berjalan memperhatikan isi mainan dari
toko itu. Nenna terlihat sangat tertarik memperhatikan satu demi satu mainan
yang terpajang di toko tua itu. Ada robot-robotan modern, boneka kayu, dan
mainan traditional lain yang terpajang rapih walaupun sedikit tak menarik. Tapi
itu sangat menarik bagi Nenna.
“Aku ingin punya toko mainan seperti ini“ Ucap Nenna dengan pelan.
“yuk, jalan lagi“ Ajak Angga yang ternyata sedari tadi ada di belakang
Nenna, Nenna yang melamun sedikit kaget mendengar ajakan Angga dari
belakang. Mereka pun melanjutkan
perjalanan mereka dan kembali menghitung langkah mereka. Nenna sangat tau
bagaimana langkah kekasihnya itu, langkahnya tenang dan tidak mengeluarkan
banyak suara. Dari kejauhan Nenna akan tau jika Angga mendekat, ada rasa yang
berbeda ketika mendengar langkahnya. Mungkin karena mereka sudah terbiasa
bersama, ikatan mereka sudah terlalu kuat dan mereka sangat mengerti satu sama
lain.
Akhir-akhir ini terlihat kesedihan yang mengumpat dibalik senyum Nenna
saat mereka jalan berdua, tapi kesedihan itu tidak akan diperlihatkan di depan
Angga karena Nenna sudah berjanji tidak akan menangis kecuali saat Angga pergi
nanti. Entah kapan tapi itu pasti. Nenna sangat menikmati setiap langkah yang
di lalui bersama Angga, dia selalu menganggap ini adalah hari terkahir dimana
mereka dapat berjalan bersama dan menghitung langkah mereka bersama.
“Jadinya apa permintaanmu ? “ tanya Angga membuyarkan lamunan Nenna.
“kamu tetap di sini “
“hemhh, gimana kalau toko mainan tadi ? “ ucap Angga menghiraukan
permintaan Nenna. Angga terus tersenyum menatap kekasihnya itu.
“hahaha, itu sih terlalu besar” tawa Nenna yang mencairkan suasana.
“ya terus kenapa ? aku bisa ngasih kamu itu. Hahaha”
“ngga ah, yang lain aja “ ucap Nenna dengan tawa dan meledek Angga,
mereka tertawa dengan riang seakan tidak ada sesuatu besar yang akan merenggut
tawa mereka. Nenna tahu betul pasti akan ada hari yang akan menghilangkan
tawanya bersama Angga, tapi dia seakan melupakan hal tersebut, dia akan menatap
hari menyedihkan itu dengan tangis namun kemudian tersenyum. Karna itu janjinya
kepada Angga, dan dia harus menepati janji itu. Hanya kata-kata Angga yang
mampu membuat Nenna kuat.
“Langkahku akan kembali dalam jiwa yang lain, jiwa baru yang lebih
menyenangkan dan lebih mampu membuatmu lebih bahagia dari hari ini, aku janji “
Entah apa maksudnya, tapi Nenna percaya Angga akan kembali.
Dalam air mata yang menetes saat tertidur, Nenna terbangun dari mimpinya
oleh suara bel yang menandakan ada tamu yang datang ke toko mainan miliknya,
toko mainan yang pernah dia kunjungi bersama Angga, toko mainan yang dihadiahi
Angga untuknya. Hadiah besar yang sangat berhangga yang mampu diberikan Angga
untuk yang terakhir. Dengan cepat Nenna mengusap air mata yang sedikit
membasahi pipi dan memberikan senyum terbaiknya untuk tamu pertama yang
memasuki tokonya. Ada perasaan yang berbeda saat mendengar langkah tamu yang satu
ini. Langkah yang pernah dia kenal, langkah yang pernah dia rasakan sebelumnya,
langkahnya yang masih ada dan kini dirasa kembali.
“Selamat datang “ ucap Nenna dengan riang dan senyum menyambut jiwa baru
yang datang. Angga menepati janjinya. Dia kembali dengan langkah yang sama,
yang bisa Nenna rasakan keberadaannya, walau dengan Jiwa yang berbeda. Tamu itu
tersenyum lebar menyambut senyuman Nenna.
Selesai